Lazada Indonesia

Pembuatan Minuman Isotonik

PROSES PENGOLAHAN MINUMAN ISOTONIK


Tubuh manusia normal terdiri dari 70% air sebagai penyusunnya. Cairan tubuh memiliki fungsi-fungsi penting dalam tubuh yang erat kaitannya dengan metabolisme tubuh. Cairan tubuh dikeluarkan melalui urin, keringat, uap air sisa pernafasan, serta sisa pencernaan. Penurunan jumlah cairan tubuh secara berlebihan dapat terjadi jika tubuh terserang penyakit atau akibat pengaruh lingkungan. Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi yang dapat menyebabkan penurunan fungsi tubuh hingga kematian.
 
Agar tidak kekurangan cairan tubuh, manusia dianjurkan minum air minimal 8 gelas setiap hari. Selama ini, air putih sudah dianggap cukup untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Namun, cairan tubuh tidak hanya terdiri dari air saja. Ada ion-ion tubuh yang ikut hilang, misalnya Na dan Cl. Ion-ion tubuh tersebut tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari bahan pangan. Mengkonsumsi bahan pangan kaya mineral dirasa tidak cukup praktis untuk mengikuti pola hidup manusia yang sekarang serba instan. Oleh karena itu, diciptakanlah minuman isotonik sebagai pengganti cairan tubuh.
Minuman isotonik adalah minuman yang dibuat dan diformulasikan sehingga komposisinya hampir mendekati komposisi cairan dalam tubuh manusia. Terkadang, minuman isotonik juga disebut minuman penjaga stamina atau minuman penambah dan mengembalikan tenaga karena tersusun oleh berbagai keluarga gula (glukosa dan sukrosa) serta berbagai bahan mineral di dalamnya (Kalium Monophospat, Na Chlorida, Na Sitrat, dan Kalium Chlorida).
 
Cairan isotonik ini adalah cairan yang memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan yang berada dalam sel manusia. Mineral dalam minuman isotonik berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan osmosis di dalam sel tubuh sehingga dapat lebih cepat menghilangkan rasa haus.
 
Minuman Isotonik 
 
Minuman isotonik dikelompokan kedalam minuman ringan yang tidak mengandung CO2. Menurut Australian Beverages Council, minuman isotonik atau biasa disebut minuman elektrolit adalah minuman formulasi yang digunakan untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit dan mineral secara cepat. Minuman isotonik harus mengandung natrium tidak kurang dari 10mmol/L. Selain itu minuman isotonik juga harus mengandung karbohidrat (dextrosa, fruktosa, sirup glukosa, maltodextrin, sukrosa) tidak kurang dari 50g/L dan tidak lebih dari 100g/L.
Pada minuman isotonik diizinkan menggunakan mineral natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Untuk mendapatkan minera-lmineral tersebut bisa menggunakan senyawa natrium klorida, natrium sitrat, kalium sitrat, kalium phospat, kalium karbonat, kalsium phospat, kalsium sitrat, kalsium klorida, kalsium laktat, magnesium sulfat dan magnesium laktat. Untuk pelabelan minuman isotonik harus dicantumkan total dan jenis karbohidrat yang digunakan serta jumlah penambahan elektrolit dan mineral dalam miligram dan milimol.
    Secara umum, proses produksnya adalah gula dilarutkan dalam air yang kemudian dipanaskan pada suhu pasteurisasi, yang kemudian dijernihkan. Pada larutan tersebut kemudian ditambahkan mineral dan flavor, menghasilkan sirup. Sirup kemudian diencerkan dengan air, dan diisikan ke dalam botol/kaleng dalam kondisi panas (hot filling), kemudian botol ditutup (capping).

 Berikut ini diagram alir proses pembuatan secara umum:

1. Penyiapan bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan adalah air, gula, asam sitrat, sodium sitrat, sodium chloride, potassium chloride, kalsium laktat, magnesium karbonat dan perisa jeruk yang dirahasiakan. Air yang digunakan untuk pembuatan diambil dari mata air. Air tersebut dipompa dari sumber mata air dan dialirkan melalui pipa-pipa di bawah tanah menuju tangki penyimpanan air. Bahan baku lainnya berupa mineral-mineral yang merupakan komponen cairan tubuh serta flavor. Bahan-bahan tersebut disimpan di tempat penyimpanan bahan baku (storage).

2. Pengolahan Air Sebagai Bahan Baku dengan Demineralisasi

Air yang berasal dari sumber air telah melewati sistem water treatment. Demineralisasi adalah sebuah proses penghilangan kadar garam dan mineral dalam air melalui proses pertukaran ion (ion exchange process) dengan menggunakan media resin/softener anion dan kation. Proses ini mampu menghasilkan air dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi (ultrapure water) dengan jumlah kandungan kandungan ionik dan anioniknya mendekati angka nol sehingga mencapai batas yang hampir tidak dapat dideteksi lagi.
Air yang berasal dari mata air Gunung Salak masih mengandung mineral atau ion-ion yang tidak diinginkan, misalnya Cl, SO4, SiO2, atau zat-zat terlarut lainnya. Oleh karena itu, sebelum diolah lebih lanjut, air harus melalui proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut dilakukan secara reverse osmosis.

Proses demineralisasi air menjadi air bahan baku pembuatan minuman isotonik dalam sistem reverse osmosis terdiri dari beberapa tahap. Berikut ini adalah tahap – tahap water treatment dengan reverse osmosis system:

a.      Tahap pertama Sedimen Filter
Menyaring partikel yang berukuran besar (lebih dari 5 mikron) seperti kotoran, lumpur, pasir, debu, karat, bahan mikro, kapur, rambut dan kotoran fisik lainnya. Masa penggantian: 3-6 bulan sekali tergantung kondisi air baku
b.      Tahap kedua GAC Carbon Actived
Menyerap bau, warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik dan klorin.
c.       Tahap ketiga CTO Carbon Block
Memiliki 2 fungsi sebagai Sedimen 10 mikron dan karbon aktif yang menyerap bau, warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik dan klorin dalam tahap lanjutan
d.      Tahap keempat Reverse Osmosis Membrane
Pada tahap ini, seluruh bahan pencemar air seperti virus, kuman, bakteri, kimia, fisik, biologi dan logam berat berbahaya dibuang. Ukuran kerapatan membrane reverse osmosis adalah 0,0001 mikron (satu helai rambut dibagi 500.000 bagian). Membrane reverse osmosis ini berfungsi sebagai ginjal ke tiga manusia, sehingga menghasilkan air murni (H2O) dan meringankan kerja ginjal karena bahan pencemar sudah terbuang.
e.       Tahap keenam Post Carbon (Carbon Filter)
Mengembalikan kualitas alami air seperti rasa, menghilangkan bau tak sedap sehingga menghasilkan air dengan rasa alami
Satu proses terpenting dari sistem reverse osmosis adalah pemakaian membran semipermeabel yaitu pada penyaringan air tahap keempat. Dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 0,0001 mikron (satu helai rambut dibagi 500.000 bagian), hanya air murni dan sehat saja yang dapat menembus membran RO tersebut. Jika air tidak mampu menembus, maka air tersebut akan terbuang pada saluran khusus.

3. Mixing
 
    Setelah melewati proses demineralisasi, air dialirkan ke dalam tangki pencampuran. Bahan baku lain, yaitu gula, asam sitrat, sodium sitrat, sodium klorida, potasium klorida, kalsium laktat, jeruk juga dimasukkan ke dalam tangki pencampuran. Bahan-bahan tersebut berupa materi solid. Di dalam tangki pencampuran, semua bahan baku mengalami proses pencampuran atau mixing. Semua bahan dilarutkan ke dalam air dan diaduk hingga tercampur sempurna.
    Bahan-bahan padat yang dilarutkan ke dalam air merupakan komponen cairan tubuh manusia. Pencampuran bahan-bahan tersebut menggunakan homogenizer. Dengan menggunakan homogenizer, hasil mixing menjadi homogen.
 
4. Pasteurisasi
 
Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan suhu yang relatif cukup rendah (di bawah 1000C) dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan membunuh mikroba pembusuk. Pemilihan proses ini didasarkan pada sifat produk yang relatif asam sehingga mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas. Selain itu, penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi juga dapat mengurangi resiko rusaknya beberapa zat gizi seperti vitamin C.
Proses pasteurisasi sedikit memperpanjang umur simpan produk pangan dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses pemanasan. Karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses pasteurisasi, maka untuk memperpanjang umur simpannya produk yang telah dipasteurisasi biasanya disimpan di refrigerasi (suhu rendah).
Proses pasteurisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, dengan cara tidak kontinyu (batch) dan kontinyu. Pasteurisasi pada produk dilakukan secara kontinyu. Pasteurisasi kontinyu dilakukan dengan menggunakan pelat pemindah panas (plate heat exchanger). Proses berlangsung tanpa terputus. Air isotonik yang telah dipasteurisasi langsung dibawa ke tahap pengisian ke dalam kemasan secara hot filling. Cara kontinyu menggunakan suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses yang lebih singkat dibandingkan metode batch.
 
5. Filling
 
    Pengisian produk ke dalam kemasan dilakukan dengan cara hot filling. Hot filling merupakan proses yang hanya efektif untuk produk dengan pH di bawah 4.5 atau disebut juga acid food. Biasanya, pengisian secara hot filling dilakukan untuk pengisian pada kemasan gelas, plastik, dan karton. Minuman isotonic sendiri dikemas dalam botol PET.
    Hot filling didasarkan pada perlakuan panas dalam tabung atau plate-type heat exchanger hingga tercapai suhu antara 90-950C selama kurang-lebih 15 detik. Proses ini dapat mematikan mikroba yang dapat tumbuh pada produk. Produk kemudian diturunkan suhunya hingga 82-850C, lalu dimasukkan ke dalam kemasan botol PET. Setelah dikemas, botol PET segera disegel dan suhu produk dipertahankan pada suhu tersebut selama 2-3 menit. Proses hot filling ini akan mensterilkan bagian dalam kemasan. Terakhir, produk melewati proses labeling sebelum didistribusikan